Episode 1:
Awal Mula Kehidupan Si Sulung
Halo pemirsa Bekisah TV, kali ini saya akan menceritakan sebuah kisah nyata tentang seorang anak sulung yang terbuang karena kenakalannya. Namun sebelum kita mulai, jangan lupa untuk subscribe channel ini agar tidak ketinggalan cerita menarik lainnya. Bagi yang sudah subscribe, saya ucapkan terima kasih.
Tahun 1979.
Si Sulung adalah anak tertua dari pasangan Pak Mario dan Ibu Indah Haryati. Ayahnya, Pak Mario, adalah seorang anggota Brimob Polri yang saat itu bertugas di Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan. Saat itu, pangkatnya masih Bharada.
Pak Mario sendiri lahir di Pangkalpinang Bangka, sebagai anak sulung dari Bapak Ahmad Uyub dan Ibu Yuliana. Seperti ayahnya, kakek si sulung Pak Uyub, juga merupakan seorang anggota Brimob Polri yang berpangkat Pembantu Letnan Satu (Peltu). Ia berasal dari Surulangun Rawas Sumatera Selatan, dan ia dikenal sebagai sosok yang garang, disiplin, serta memiliki banyak ilmu khas seorang anggota brimob.
Hal ini sering diceritakan oleh istrinya, Ibu Yuliana, yang merupakan nenek si sulung.
Ibu Yuliana sendiri berasal dari Toboali Bangka Selatan.
Sehari-hari, ia tinggal di Kampung Melintang Pangkalpinang, karena suaminya, Pak Uyub, sering bertugas jauh dari rumah.
Cerita Kelahiran Si Sulung
Si Sulung lahir pada hari Jumat, 21 Desember 1979 di Kabupaten Lahat Sumatera Selatan.
Namun, karena pada saat itu Pak Uyub bertugas di Toboali dan Lepar Pongok Bangka Selatan, sedangkan istrinya tinggal sendiri di Kampung Melintang, istrinya Pak Uyub selalu merasa kesepian.
Neneknya si sulung hanya memiliki satu anak yaitu Pak Mario, yang tak lain adalah ayah kandung si sulung, selain Pak Mario, sebenarnya ada satu anak lagi yang merupakan adik kandung Pak Mario,yaitu seorang putri bernama Mariyana, akan tetapi Mariyana meninggal saat masih balita. Karena itu, ketika si sulung lahir, Pak Uyub langsung membawa cucunya yang baru berusia tiga hari untuk tinggal bersama neneknya di Kampung Melintang, agar menemani istrinya yang kesepian.
Sejak saat itu, si sulung dibesarkan oleh neneknya, Ibu Yuliana, tanpa kedua orang tuanya. Bahkan hingga dewasa dan menikah, si sulung tetap tinggal bersama neneknya di Kampung Melintang Kota Pangkalpinang
Masa Kecil Si Sulung: Terkekang di Rumah
Sejak kecil, si sulung sangat diperhatikan dan disayang oleh neneknya. Apapun yang diminta selalu diberikan. Namun, ada satu hal yang membuatnya berbeda dari anak-anak lain: neneknya tidak mengizinkannya bermain di luar rumah.
Neneknya takut si sulung hilang atau pergi jauh, sehingga setiap hari ia hanya boleh bermain di dalam rumah. Pintu pagar selalu dikunci rapat, membuat si sulung tidak memiliki teman bermain.
Saat berusia empat tahun, si sulung mulai merasa bosan. Ia tidak punya teman, selalu sendirian, dan lama-kelamaan menjadi usil.
Setiap kali ada orang lewat di depan rumah, si sulung selalu melempar batu, menggoda, atau bahkan sering mengejek mereka. Tak hanya itu, ia juga suka melempari atap rumah tetangga dengan batu atau pasir.
Kenakalannya semakin menjadi-jadi karena ia tidak pernah diizinkan bermain di luar. Neneknya terlalu protektif, membuat si sulung tumbuh menjadi anak yang liar dan suka mengganggu orang lain.
Ayahnya Pindah ke Pangkalpinang
Saat si sulung berusia lima tahun, yaitu sekitar tahun 1984 silam dan sejak itu kehidupan mulai berubah.
Pak Mario, ayahnya, dipindahkan ke Pangkalpinang dan mulai menetap di Asrama Polisi Blok 4.
Apakah si sulung akhirnya bertemu kembali dengan kedua orang tuanya?
Bagaimana nasibnya setelah sekian lama hidup di bawah pengawasan ketat neneknya?
Jangan lewatkan kelanjutan kisah ini di episode berikutnya:
"Si Sulung yang Nakal Mulai Masuk Sekolah Taman Kanak-Kanak."
Jangan lupa subscribe, like, dan bagikan video ini agar semakin banyak orang yang bisa mengikuti kisah menarik ini.
Sampai jumpa di episode berikutnya.
0 Komentar